Aktif dan Asyik Belajar dengan Model Time Token

Artikel Praktik Baik Pembelajaran Bahasa Indonesia oleh Mei Astoeti, S.Pd.

Kerinduan belajar di madrasah sudah mulai terobati dengan uji coba PTMT. Kedatangan 50% siswa secara bergantian berdasarkan nomor absen ganjil genap tidak memberatkan semua pihak. Apalagi durasi belajar setiap mapel hanya 30 menit. Ini patut disyukuri. Pascapendemi pembiasaan hidup baik dapat dimulai secara bertahap. Sayangnya, ketika PTMT baru berjalan satu bulan, absensi siswa mulai diwarnai dengan kealpaan. Bentuk kealpaan di antaranya, alpa sehari penuh, alpa hanya pada mapel tertentu, dan izin keluar kelas melebihi batas wajar. Ada pula yang hadir hanya lima menit. Setelah dicek, ternyata mereka ada yang “belajar” di berbagai tempat nongkrong: warung terdekat, kantin, kelas sebelah, ruang UKS, ruang OSIS, gudang, atau rumah teman. Meskipun sudah ada koordinasi wali kelas dengan orang tua siswa terkait, kebiasaan alpa masih sulit dihilangkan. 

Fenomena siswa alpa dengan berbagai modus itu menandakan bahwa “belajar” di luar sana bagi sebagian siswa terasa lebih menyenangkan. Apa lagi jika dibandigkan dengan belajar di kelas hanya dengan ceramah dan LKS. Tidak jarang, saat PTMT berlangsung, siswa tertangkap tangan sedang intens dengan hp. Mereka tergoda bermain games online, menyimak you tube, tik tok, dan instagram. Inilah tantangan bagi semua guru untuk menciptakan suasana belajar efektif dan gembira. Magnet yang menarik minat siswa betah belajar perlu terus dikembangkan. Diperlukan pembelajaran inovatif dengan pemberdayaan berbagai variasi ice breakning, aneka model pembelajaran, dan media pembelajaran. 

Berbekal evaluasi pada pembelajaran sebelumnya, diperlukan optimalisasi semua unsur penunjang keberhasilan pembelajaran. Desain pembelajaran yang cermat dapat meningkatkan minat belajar siswa. Salah satu contoh pembelajaran inovatif adalah dengan menerapkan model pembelajaran time token. Model ini dapat memberdayakan siswa untuk terlibat aktif dalam interaksi belajar. Kompetensi dasar yang sesuai untuk model ini di antaranya: menyimpulkan makna, menyampikan ide, menaggapi wacana, menceritakan kembali isi teks, dan membuat parafrase. 

Tulisan ini bertujuan memaparkan model belajar time token pada materi pengayaan “Menyimpulkan Makna Puisi”. Model ini penulis praktikkan pada Kamis, 17 November 2021 di perpustakaan untuk kelas 9.1 shift pagi dengan 14 siswa bernomor ganjil, didampingi seorang tenaga pustakawan sebagai pengamat. Kegiatan inti diawali dengan metode pengamatan pembacaan puisi bertema nasionlisme dari penyair kebanggaan nasional. Salah satu langkah awal untuk menarik minat siswa pada puisi adalah mengamati pembacaan puisi melalui video. Tentu Sebagi pemodelan, guru dapat memilih contoh pembacaan puisi prosais yang menarik dan relatif mudah dicerna. Masih dalam suasana perayaan hari besar nasional, dimulai dari Bulan Bahasa yang puncaknya ada pada 28 Oktober sampai peringatan Hari Pahlawan, pemilihan tema semua puisi pun dapat disesuaikan. Desain pembelajaran, media pembelajaran, LKPD, dan project based learning secara rinci perlu dipersiapkan dengan matang. 

Dalam hal ini, soal pada LKPD dirancang dengan lebih rinci untuk dapat membantu siswa menyimpulkan makan puisi. Pemanfaatan media belajar berupa kupon berbicara 30 detik, kupon free berbicara, serta papan display hampers simpulan puisi Kembalikan Indonesa padaku” juga perlu dipersiapkan. Media papan display didesain sedemikian rupa sehingga dapat membantu mengilustrasikan makna puisi. 

Kegiatan inti pembelajaran dimulai dari literasi digital dengan mengamati video. Konten video adalah dua model pembacaan puisi bertemakan nasionalisme. Tayangan pertama, puisi “Tanah Surga” berdurasi dua menit delapan detik. Puisi diambil dari cuplikan film Tanah Surga, peraih piala citra 2012 kategori film cerita penjang. Saat video ditayangkan, semua siswa tampak berminat menyimak dengan kesungguhan. Sayangnya, saat siswa ditanya tentang apa yang dapat mereka pahami dari puisi itu, hanya Dhika dan Ali Amsori yang dapat merespon.

Foto: siswa mengamati video pembacaan puisi

Langkah menarik minat siswa terhadap pembelajaran puisi pada menit kelima berikutnya adalah guru mengenalkan siswa dengan pembacaan puisi prosais yang relatif lebih mudah dipahami sekaligus lebih menantang: dengan didukung totalitas penghayatan dan kualitas pelafalan tak terlupakan dari penyair handal yang viral pada 2017. Dalam hal ini, diputar tayangan video pembacaan puisi penyair Peri Sandi Huizche, sosok yang diidolakan pecinta puisi. Puisinya berjudul Mata Luka Sengkon Karta. Video yang kembali berkumandang dan diunggah banyak netizen di media sosial, terutama tik tok dan instagram ini berdurasi 7 menit. Video diambil dari Teater Ketjil TIM yang diunggah oleh kanal you tube Fadli Zon pada 8 Juli 2017 silam. 

Respon siswa dalam menyimak video kedua berpeluang dapat meningkatkan minat mereka terhadap pembelajaran puisi. Akan tetapi, daya serap terhadap pemaknaan puisi masih seperti tahap awal. Mereka mesti dimotivasi untuk tidak takut salah dalam menyampaikan pendapat, sampai akhirnya Kayla, siswi yang duduk di kelompok depan sayap kanan, dapat menafsirkan makna puisi kedua dengan baik. 

Perbedaan signifikan langkah pembelajaran inovatif terdapat pada cara menyampaikan simpulan makna puisi. Setelah lima menit siswa menyimak teks puisi Kembalikan Indonesia padaku pada LKPD, mereka dibagikan kupon yang sudah diacak urutannya. Setiap siswa mendapatkan satu kupon berbicara 30 detik. Berdasarkan daftar pertanyaan seputar makna diksi, makna larik bermajas, dan tema puisi, guru pun mulai bertanya kepada siswa, dimulai dari pemegang kupon bernomor kecil. Daftar pertanyaan berisi 14 pertanyaan sesuai dengan jumlah siswa. Hal ini ditujukan untuk memfasilitasi keaktifan siswa yang diharapkan dapat mencapai 100%. Pemegang nomor kupon 1 menjawab pertanyaan soal nomor 1 dan seterusnya. Jika pemegang kupon dapat menjawab pertanyaan guru, maka dia dapat mengembalikan kupon kepada guru. Sebagai penyemangat, siswa yang dapat langsung menjawab pertanyaan dengan baik, diminta menuliskan jawabannya di papan display hampers simpulan makna puisi Kembalikan Indonesia padaku. Sebaliknya, jika dalam hitungan lima detik siswa tidak dapat menjawab pertanyaan, maka dia belum dapat mengembalikan kupon dan mendapatkan hukuman, misalnya membaca puisi di depan kelas. 

Foto pengecekan pembagian kupon berbicara 30 detik

Dengan mempraktikkan langkah di atas, suasana pembelajaran puisi di kelas 9,1 MTs Satu Atap Balaraja menjadi lebih hidup, menyenangkan, interaktif, dan inovatif. Dari kegiatan pengamatan video pembacaan puisi, ada 4 siswa yang dapat menanggapi isi puisi dan cara pembacaannya dengan baik. Dari 14 siswa yang harus aktif berbicara berdurasi 30 detik, hanya 2 siswa yang tidak dapat menjawab pertanyaan dalam hitungan 5 detik. Hasilnya, 12 jawaban siswa terbaik berhasil dipajang di papan display hampers simpulan makna puisi Kembalikan Indonesia padaku. 3 siswa yang terpilih sebagai komentator teraktif mendapatkan poin reward: uang saku. Mereka gembira, terhibur, terapresiasi, dan bangga karena mampu berperan aktif dalam pembelajaran. Guru pun merasa bangga dengan peningkatan minat belajar dan keaktifan siswa yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar. Durasi 60 menit pembelajaran puisi dengan menggunakan time token berjalan sesuai dengan rencana. Semakin cinta Bahasa, Sastra, dan Bangsa Indonesialah siswa. 

Foto: siswa mendokumentasi pembicaraannya pada papan display


Foto: hasil akhir display hampers simpulan puisi Kembalikan Indonesia padaku


Foto: siswa merefleksi pembelajaran menyimpulkan makna puisi

Lebih baru Lebih lama